Haaaay, kali ini gw mau bahas mengenai sekolah, tempat dimana seharusnya kita menambah ilmu dan mengembangkan bakat kita masing-masing. Tentu aja masih dalam rangka menyambut kebangkitan nasional dong. Jadi sekali lagi ijinin gw ya buat numpahin sedikit aja aspirasi gw buat membangkitkan Negara kita ini yang padahal udah ke 105 tahun. Tapi kita masih berteriak Bangkit..!! Bangkit..!! Satu pertanya’an yang tersirat di otak gw, apakah selama ini kita belum bangkit..?? Silahkan kalian jawab sendiri deh :D
Entah kenapa gw merasa bahwa sebenarnya sekolah adalah tempat deskriminasi bakat-bakat kita. Kita seperti dipaksa untuk menerima sesuatu yang kita gak tau apa fungsinya. Gw rasa mata pelajara yang ada di Indonseia ini operdosis banget. Ada PKN, MTK, IPS, IPA, BAHASA INDONESIA, BAHASA INGGRIS, SENI RUPA, dan banyaklah pokoknya. Dan loe tau apa..?? Kita Dipaksa untuk mempelajari semuanya, tapi anehnya cuman ada 3 matpel yang di UJI NASIONALKAN. Lantas buat apa kami belajar sebuanyaaaaak ituuu..?? -.-
Terus coba liat dari mata pelajaran yang ada di sekolah loe. Mata pelajaran apakah yang paling banyak jam pelajaranya..?? tentu aja jawabanyna adalah matematika dan bahasa sedangkan pelajaran yang lain seperti dianggap gak penting. Oke gw sadar bahwa matematik dan bahasa memang penting tapi apakah mata pelajaran yang lain itu gak penting.? Dan yang parah adalah mata pelajaran yang menumbuhkah kreatifitas dan mengembangkan bakat seperti kesenian dan olahraga malah disepelekan. Apakah sekolah menganggap kesenian dan olahraga itu gak penting.?? Padahal kita juga mempunyai tubuh bukan sekedar otak. Dan tubuh juga butuh olahraga. Bener gak..?? ya bener lah. :D
Kenapa gw berpikir sekolah adalah tempat membunuh kreatifitas.? Simple, kita sekolah dan mempelajari apa yang sebenernya udah pernah dipelajari dan menjawab semua pertanya’an yang sebenarnya juga udah pernah dijawab. Tapi pernahkah sekolah menyuruh kita mempelajari sesuatu yang baru dan menjawab sebuah pertanya’an yang belum pernah dijawab. Faktanya, Kita cuma disuruh mengikuti devenisi para ahli tapi kita dilarang membuat divenisi sendiri meskipun sebenarnya devinisi kita juga benar. Bayangkan seandainya ada 12 orang yang ahli dalam hal yang sama, apakah kita harus menghapal devenisi dari mereka semua.? Padahal intinyakan adalah pemahaman kita, dan bukan sekedar meniru dari devenisi orang lain. Secara gak langsung kita diperlakukan seperti robot yang harus patuh akan system pemrograman yang berbentuk buku. Sebenarnya siapakah kita, manusia atau robot.??
Peraturan-peraturan disekolah juga aneh, tapi peraturan yang paling aneh dan gak penting adalah laki-laki gak boleh berambut panjang. Gw sempat nanya sama guru gw, kenapa laki harus berambut pendek.? Dan dia menjawab “Agar kalian dapat mendengar dengan lebih jelas”. Sungguh itu adalah jawaban yang paling gak masuk akal yang pernah gw denger. Apakah rambutloe bisa teriak kaya earphone sampe-sampe loe gak denger apa yang dijelasin oleh guru loe..??
Dan satu hal lagi yang sering diutarakan kalo loe nanya kenapa laki harus berambut pendek. Mereka bakalan menjawab “Agar kalian terlihat seperti siswa yang berpendidikan dan gak kayak anak jalanan.”
Dan lagi-lagi ini adalah jawaban tersemprul yang pernah gw temu’in. Mereka seperti ngejilat ludah mereka sendiri melalui kalimat yang sering sekolah ajarkan “Jangan menilai buku dari sampulnya.”. Apakah orang yang berpenampilan acak-acakan itu gak punya otak..?? Gak kan. Einstein contohnya.
Dan secara gak langsung sebenernya kita seperti diajarkan untuk lebih takut akan pendapat dan judge orang lain sehingga kita gak berani mengembangkan kemampuan kita. Dan secara gak langsung juga sebenernya kita dilatih untuk takut secara operdosis terhadap judge orang lain.
Maka kita gak perlu heran kenapa siswa-siswi sering mencontek. Simple, karena mereka takut mendapat nilai jelek dan mendapat pandangan buruk dari orang sekitar. Sehingga timbullah image sekolah untuk mencari nilai bukan ilmu.
Kita adalah pelajar. Bukan Mesin |
Misalnya ada soal, “Maikel memiliki uang 1juta lalu ia membeli I-pad 500 rebu, berapa sisa uang maikel.?” Kalo ni soal dikasih ke anak kota gw yakin dia pasti bisa jawab, tapi kalo ni soal dikasih ke anak pedalaman dia pasti akan mikir “Ini I-pad makanan apa’an..??” Bener gak..??
Belon lagi mengenai kegagalan pemerintah tentang UN ditahun ini. gagal melaksanakan UN tepat waktu (untuk SMA), gagal mencetak soal UN sesuai jumlah dan juga sebenernya gagal memahami bahwa sebenarnya Negara kita adalah Negara yang ber Bhineka. Lagian kenapa sih kita harus memaksa untuk menyamaratakan kualitas sedangkan kita semua tahu bahwa fasilitas yang ada di tiap daerah itu berbeda-beda. Ibarat kata ada sapi, monyet, ayam, kelinci, kucing sama lumba-lumba tapi semuanya disuruh lomba renang di laut. Adil gak..?? ya gak lah.
Saran gw daripada kita menghabiskan dana untuk membuat soal-soal UN yang katanya ampe triliunan, mungkin akan lebih baik kalo uang itu kita gunakan untuk memperbaiki sarana dan prasana sekolah yang ada di pedalaman. Bener gak..?? secara kan, masih banyak tuh sekolah-sekolah yang langit-langitnya terbuat dari langit beneran alias gak ada atapnya. Sedih kan.?
Dan buat loe yang gak lulus, jangan sedih kalo loe gak lulus UN taun ini, kanapa..?? karena seperti yang loe tau kalo pemerintah yang ngurus UN aja carut marut. Berarti mereka juga gak pinter-pinter amat. Dan loe tau apa, mereka bisa jadi mentri.!! Gwahahaha. Hebat ya..??
Oke sebenernya masih banyak sih isi otak gw yang pengen gw keluarin tentang pendidikan, tapi kayaknya gw gak punya cukup waktu buat nuanginnya, dan gw rasa juga mata loe udah mulai capek ngebacanya. Intinya sih gw bukannya pengen menggurui dan juga gak nyuruh loe untuk gak bersekolah. Karena biar bagaimanapun sekolah itu penting, apabila system yang ada disekolah itu benar. Karena pada hakikatnya sekolah adalah sarana kita menemukan dan mengembangkan bakat yang kita punya dan bukan sekedar ajang berlomba-lomba mencari nilai dan gelar semata. Dan semestinya juga sekolah adalah sarana untuk menciptakan manusia sesuai dengan bakat mereka masing-masing dan bukan sekedar menjadi mesin yansg dipaksa untuk menjadi sesuatu layaknya robot. Dan dari pendidikan yang benar itulah kita bisa menciptakan insan-insan yang sesuai dengan dengan bakat mereka dan dapat membuat Negara kita bangkit. Karena kalo kita mau membangkitkan Negara ini, maka bangkitkanlah dulu manusianya. Bener gak.??
:) |
5 comments:
Bgus.. namun kmu dlu yg hrus brtindak.. agar mnjdi contoh bagi yg lain
Baiklah saya akan berusaha.!! Doakan saya teman-teman. *ngencangin iket kepala.
keren sob...
keren,
wah thanks sob. Btw apanya ni sob yang keren.?? :D
Post a Comment